Selasa, 17 Mei 2011

LAPORAN PENDAHULUAN DIABETES MELLITUS

LAPORAN PENDAHULUAN DIABETES MELLITUS

A. KONSEP MEDIS
1. Pengertian 
a. Pengertian Diabetes Melitus
Diabetes Melitus adalah gangguan metabolisme yang secara genetis dan klinis, termasuk heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya toleransi karbohidrat. 
(Price, S.A., 1995, hal: 1111) 
Diabetes Melitus (DM) adalah keadaan hiperglikemia kronik disertai berbagai kelainan metabolik akibat gangguan hormonal yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf dan pembuluh darah disertai lesi pada membran basalis dalam pemeriksaan dengan mikroskop elektron (Mansjoer, Aa, 1999, hal: 580).

Diabetes Melitus(DM) adalah masalah yang mengancam hidup (kasus darurat) yang disebabkan oleh defisiensi insulin relatif atau absolut. (Doenges, 2000, hal: 726). 
Diabetes Melitus (DM) merupakan suatu penyakit kronik yang komplek yang melibatkan kelainan metabolisme karbohidrat, protein dan lemak, berkembangnya komplikasi makrovaskuler, mikrovaskuler dan neurologis. (Long, B.C, 1996, hal: 4).
Berdasarkan beberapa pengertian Diabetes Melitus diatas maka penulis menyimpulkan penyakit Diabetes Melitus adalah penyakit degeneratif dan merupakan suatu penyakit yang komplek  yang melibatkan  kelainan metabolisme karbohidrat,protein, dan lemak   serta dapat mengancam  hidup dan disebabkan oleh defisiensi insulin klarena adanya peningkatan kadar gula dalam darah. 
Asuhan keperawatan keluarga dengan Diabetes Melitus adalah suatu rangkaian kegiatan yang diberikan melalui praktek keperawatan pada anggota keluarga yang mengalami Diabetes Melitus. 
Klasifikasi Diabetes Melitus
1) Diabetes Melitus Tipe I (Insulin Dependent Diabetes Melitus, IDDM)
Defisiensi insulin karena tidak terdapatnya sel-sel langerhans, biasanya berhubungan dengan tipe HLA spesifik, keadaan defisiensi insulin ini biasanya dikatakan absolut karena ketergantungan yang sepenuhnya pada insulin-eksogen. Penderita IDDM cenderung memiliki keadaan intoleransi glukosa yang lebih berat dan tidak stabil. IDDM lebih kas/cenderung terjadi pada semua usia, umumnya usia muda.
2) Diabetes Melitus Tipe II (Non Insulin Dependent Diabetes Melitus, NIDDM) 
Karena suplai insulin berkurang atau tidak cukup efektif sebagaimana mestinya tingkat gula darah naik lebih lamban. Tidak banyak protein dan lemak yang dihancurkan, hingga produksi keton pun tidak banyak, dan rendahnya resiko terkena ketoasidosis koma. Kebanyakan yang menderita diabetes tipe 2 adalah wanita dari pada pria, mungkin karena diabetes munculnya di usia yang lebih lanjut dan wanita umumnya hidup lebih lama (Bilous, R.W., 1999, hal: 12) 
3) Diabetes Melitus Sekunder (diabetes yang berhubungan dengan keadaan atau sindrom tertentu)
Diabetes yang terjadi karena akibat kerusakan pada pankreas yang menyebabkan sebagian besar kelenjar rusak (Bilous, RW., 1999, hal: 14) 
4) Diabetes Melitus yang berhubungan dengan Malnutrisi
Masih terdapat dua kategori lain yaitu abnormalitas metabolisme glukosa yaitu:
a) Kerusakan Toleransi Glukosa (KTG) 
Konsentrasi glukosa antara normal dan Diabetes Melitus dapat menjadi normal atau tetap tidak bertambah, bahkan dapat melebihi nilai konsentrasi tersebut. 
b) Diabetes Melitus Gestasional (DMG) 
Diabetes yang terjadi pada saat kehamilan adalah intoleransi glukosa yang mulai timbul atau menular diketahui selama keadaan hamil, karena terjadi peningkatan sekresi berbagai hormon di sertai pengaruh metabolik terhadap glukosa (Price dan Wilson, 1995, hal: 1112).
2. Etiologi
Corwin (2000, hal: 543) menyatakan etiologi/penyebab Diabetes Melitus tergantung dari tiap-tiap tipenya. 
a. Tipe I: Insulin Dependent Diabetes Melitus, IDDM
IDDM adalah penyakit hiperglikemia akibat ketidakabsolutan insulin, pengidap penyakit itu harus mendapat insulin pengganti. IDDM disebabkan oleh destruksi auto imun, sel-sel beta pulau langherhans dan terdapat kecenderungan pengaruh genetik. 
Diabetes tipe I biasanya dijumpai pada orang yang tidak gemuk berusia kurang dari 30 tahun.
b. Tipe II Non Insulin Dependent Diabetes Melitus (NIDDM) 
NIDDM disebabkan oleh kegagalan relatif sel beta dan resistensi insulin. Resistensi insulin adalah turunnya kemampuan insulin untuk merangkum pengambilan glukosa oleh gangguan perifer dan untuk menghambat produksi glukosa oleh hati. Sel beta tidak mampu mengimbangi resistensi insulin ini sepenuhnya. Kefosis resisten lebih sering pada orang dewasa, tapi dapat juga terjadi pada semua umur, kebanyakan penderita kelebihan berat badan, ada kecenderungan familial, mungkin perlu insulin pada saat hiperglikemik selama stress (Long, BC, hal: 6).


c. Diabetes Melitus Sekunder (diabetes yang berhubungan dengan keadaan atau sindrom tertentu) 
Hiperglikemik terjadi karena penganut lain seperti: kerusakan pankreas, obat-obatan kimia, kelainan insulin, sindrom genetik tertentu (Long, BC, hal : 6) 
d. Diabetes Melitus yang berhubungan dengan malnutrisi 
1) Kerusakan toleransi glukosa (KTG) 
Konsentrasi glukosa antara normal dan Diabetes Melitus dan dapat menjadi normal atau tetap tidak berubah bahkan dapat melebihi nilai konsentrasi tersebut. 
2) Diabetes Melitus gastosional (DMG) 
Diabetes yang terjadi pada saat kehamilan ini adalah intoleransi glukosa yang mulai timbul atau menular diketahui selama keadaan hamil, karena terjadi peningkatan sekresi berbagai hormon di sertai pengaruh metabolik terhadap glukosa, maka kehamilan merupakan keadaan peningkatan metabolik tubuh (Price dan Wilson, 1995, hal: 1112).
3. Patofisiologi 
Pasien-pasien yang mengalami defisiensi insulin tidak dapat mempertahankan kadar glukosa yang normal, atau toleransi glukosa sesudah makan karbohidrat, jika hiperglikemianya parah dan melebihi ambang ginjal, maka timbul glukosoria. Glukosoria ini akan mengakibatkan diuresis osmotik yang meningkatkan mengeluarkan kemih (poliura) harus terstimulasi, akibatnya pasien akan minum dalam jumlah banyaj karena glukosa hilang bersama kemih, maka pasien mengalami keseimbangan kalori negatif dan berat badan berkurang. Rasa lapar yang semakin besar (polifagra) timbul sebagai akibat kehilangan kalori (Price and Wilson, 1995, hal: 1114).
Komplikasi Diabetes Melitus bisa terjadi secara akut maupun kronis. Komplikasi akut Diabetes Melitus adalah ketaasidosis diabetes dan non asidotik hiperosmolar. Pada ketoasidosis diabetes, kadar glukosa darah meningkat secara cepat akibat glukoneogenesis dan peningkatan penilaian lemak yang progresif, maka timbul poliurea dan dehidrasi. Kadar keton juga meningkat (ketosis). Keton keluar melalui urine (ketouria). Pada ketosis, pH menurun dibawah 7,3 dan menyebabkan asidosis metabolik dan merangsang hiperventilasi. Komoplikasi ini terjadi pada diabetes tipe I. Pada diabetes tipe II komplikasi akut yang terjadi adalah non asidotik hiperosmolar, dimana pasien mengalami hiperglikemia berat dengan kadar glukosa darah lebih dari 300 mg per 100 ml. Hal ini menyebabkan osmolalitas plasma meningkat dan berakibat urine keluar berliter-liter, rasa haus yang hebat, deficit kalium yang parah sehingga mengakibatkan terjadinya koma dan kematian. Untuk komplikasi jangka panjang sebagian besar disebabkan oleh tingginya konsentrasi glukosa darah yang menyebabkan morbiditas dan mortalitaas penyakit, komplikasi ini mengenai hampir semua organ tubuh  seperti sistem kardiovaskuler, gangguan penglihatan, kerusakan ginjal dan sistem saraf perifer (Corwin, 2000, hal : 549). 
Penderita diabetes lebih mudah terkena infeksi. Efektivitas kulit sehingga pertahanan tubuh pertama berkurang. Diabetes yang telah terkontrol menyebabkan defosit lemak di bawah kulit berkurang, hilangnya glikogen dan terjadinya katabolisme protein tubuh. Kehilangan protein yang menghambat proses peradangan dan penyembuhan luka. Disamping itu fungsi leukosit, yang semuanya terlibat dalam upaya tubuh untuk mengatasi infeksi, gagal. Menurunnya sirkulasi darah terhadap bagian yang terinfeksi juga memperlambat penyembuhan (Long, B.C, 1996, hal: 49).
4. Tanda dan Gejala
Adanya penyakit diabetes ini pada awalnya seringkali tidak dirasakan dan tidak disadari oleh penderita, beberapa keluhan dan gejala yang perlu mendapat perhatian adalah:
a. Keluhan Klasik
1) Banyak Kencing (Poliuria)
Karena sifatnya, kadar glukosa darah yang tinggi akan menyebabkan banyak kencing. Kencing yang sering dan dalam jumlah banyak akan sangat mengganggu penderita, terutama pada waktu malam hari. 
2) Banyak Minum (polidipsia)
Rasa haus amat sering dialami penderita karena banyaknya cairan yang keluar melalui kencing. Keadaan ini justru sering disalahtafsirkan. Dikiranya sebab rasa haus ialah udara yang panas atau beban kerja yang berat. Untuk menghilangkan rasa haus itu penderita banyak minum. 
3) Banyak makan (polifagia) 
Rasa lapar yang semakin besar sering timbul pada penderita Diabetes Melitus karena pasien mengalami keseimbangan kalori negatif, sehingga timbul rasa lapar yang sangat besar. Untuk menghilangkan rasa lapar itu penderita banyak makan. 
4) Penurunan Berat Badan dan Rasa Lemah 
Penurunan berat badan yang berlangsung dalam relatif singkat harus menimbulkan kecurigaan. Rasa lemah yang hebat yang menyebabkan penurunan prestasi dan lapangan olahraga juga mencolok. Hal ini disebabkan glukosa dalam darah tidak dapat masuk ke dalam sel, sehingga sel kekurangan bahan bakar untuk menghasilkan tenaga. Untuk kelangsungan hidup, sumber tenaga terpaksa diambil dari cadangan lain yaitu sel lemak dan otot. Akibatnya penderita kehilangan jaringan lemak dan otot sehingga menjadi kurus. 
b. Keluhan Lain
1) Gangguan Saraf Tepi/Kesemutan
Penderita mengeluh rasa sakit atau kesemutan terutama pada kaki di waktu malam hari, sehingga menggangu tidur. 


2) Gangguan Penglihatan
Pada fase awal diabetes sering dijumpai gangguan penglihatan yang mendorong penderita untuk mengganti kacamatanya berulang kali agar tetap dapat melihat dengan baik.
3) Gatal/Bisul
Kelainan kulit berupa gatal, biasanya terjadi di daerah kemaluan dan daerah lipatan kulit seperti ketiak dan di bawah payudara. Sering pula dikeluhkan timbulnya bisul dan luka yang lama sembuhnya. Luka ini dapat timbul karena akibat hal yang sepele seperti luka lecet karena sepatu atau tertusuk peniti. 
4) Gangguan Ereksi 
Gangguan ereksi ini menjadi masalah, tersembunyi karena sering tidak secara terus terang dikemukakan penderitanya. Hal ini terkait dengan budaya masyarakat yang masih merasa tabu membicarakan masalah seks, apalagi menyangkut kemampuan atau kejantanan seseorang. 
5) Keputihan 
Pada wanita, keputihan dan gatal merupakan keluhan yang sering ditemukan dan kadang-kadang merupakan satu-satunya gejala yang dirasakan. 



5. Penatalaksanaan
Soegondo S, dkk (2004, hal: 257) menyatakan penatalaksanaan diabetes sering dikaitkan dengan perencanaan makan, latihan jasmani dan obat-obatan penurun gula darah. 
a. Perencanaan Makan 
1) Makan makanan yang beraneka ragam yang bisa menjamin terpenuhinya kecakupan sumber zat teaga, zat pembangun dan zat pengatur. 
a) Sumber Zat Tenaga
Sumber zat tenaga antara lain : beras, jagung, gandum, ubi kayu, ubi jalar, kentang, sagu, roti dan mi.
Makanan sumber zat tenaga sangat penting menunjang aktivitas sehari-hari.
b) Sumber Zat Pembangun
- Makanan sumber zat pembangun yang berasal dari bahan nabati adalah kacang-kacangan, tempe, tahu.
- Makanan sumber zat pembangun yang berasal dari hewani adalah telur, ikan, ayam, daging dan susu. 
Zat pembangun berperan penting untuk pertumbuhan dan perkembangan kecerdasan seseorang. 
c) Sumber Zat Pengatur
Makanan sumber zat pengatur adalah semua sayur-sayuran dan buah-buahan makanan ini mengandung berbagai vitamin dan mineral yang sangat berperan untuk melancarkan bekerjanya fungsi organ-organ tubuh. 
2) Makanlah makanan untuk memenuhi kecukupan energi
Kebutuhan energi penyandang diabetes tergantung pada umur, jenis kelamin, berat badan, tinggi badan dan kegiatan fisik, keadaan penyakit dan pengobatannya. Energi yang dibutuhkan dinyatakan dengan satuan kalori. Susunan makanan yang baik untuk penyandang diabetes mengandung jumlah kalor yang sesuai dengan kebutuhan masing-masing orang. komposisi makanan tersebut adalah :
- 10 – 15% protein
- 20 – 25% lemak
- 60 – 70% karbohidrat
3) Makanlah makanan sumber karbohidrat, sebagian dan kebutuhan energi (pilihlah karbohidrat komplek dan serat, batasi karbohidrat sederhana) 
a) Karbohidrat komplek atau tepung-tepungan
Makanan sumber karbohidrat kompleks adalah padi-padian (beras, jagung, gandum), umbi-umbian (singkong, ubi jalar, kentang), sagu. 
b) Karbohidrat sederhana 
Makanan sumber, karbohidrat sederhana adalah gula, sirup, cakes, dan selai, karbohidrat sederhana juga terdapat pada buah, sayuran dan susu bagi penderita diabetes anjuran konsumsi tidak lebih dari 5% total kalori (3 – 4 sendok) makan sehari. 
c) Serat 
Serat adalah bagian karbohidrat yang tak dapat dicerna. Serat banyak terdapat pada buah-buahan, sayuran, padi-padian dan produk sereal. Makanan cukup serat memberi keuntungan pada penderita diabetes karena serat : 
- Perasaan kenyang dan puas yang membantu mengendalikan nafsu makan dan penurunan berat badan.
- Makanan tinggi serat biasanya rendah kalori. 
- Membantu buang air besar secara teratur. 
- Memperlambat penyerapan glukosa darah sehingga mempunyai pada penurunan glukosa darah. 
- Menurunkan kadar lemak darah. 
4) Batasi konsumsi lemak, minyak dan santan sampai seperempat kecukupan energi.
Penyandang diabetes mempunyai resiko tinggi untuk mendapatkan penyakit jantung dan pembuluh darah, oleh karena itu lemak dan kolesterol dalam makanan perlu dibatasi. 
Untuk itu makanan jangan terlalu banyak yang digoreng, bila ingin mungkin tidak lebih dari satu lauk saja yang digoreng pada setiap kali makan untuk mereka-mereka yang tidak gemuk, selebihnya dapat dimasak dengan sedikit minyak misalnya seperti dipanggang, dikukus, direbus dan dibakar. Kurangi mengkonsumsi makanan tinggi kolesterol seperti otak, kuning telur, ginjal, hati, daging berlemak, keju dan mentega.
5) Gunakan garam yang beryodium (gunakan garam secukupnya saja)
Penyandang diabetes yang mempunyai tekanan darah tinggi (hipertensi) sehingga perlu berhati-hati pada asupan natrium. Anjuran asupan natrium untuk penyandang diabetes sama dengan untuk penduduk biasa yaitu  3.000 mg/hari yaitu kira-kira 6 – 7 garam (1 sendok teh) yang digunakan.
6) Makanlah makanan sumber zat besi (Fe)
Untuk menghindari terjadi anemia yang banyak diderita oleh semua orang penyandang diabetes maka perlu mengkonsumsi cukup zat besi. Bahan makanan sumber zat besi antara lain sayuran berwarna hijau dan kacang-kacangan. 
7) Biasakan makan pagi
Pada penyandang diabetes terutama yang menggunakan obat penurun glukosa darah ataupun suntikan insulin tidak makan pagi akan sangat beresiko karena bisa menyebabkan hipoglikemia (penurunan kadar gula darah).
8) Hindari minuman beralkohol 
Kebiasaan minum minuman beralkohol dapat mengakibatkan terhambatnya proses penyerapan zat gizi, dan hilangnya zat gizi yang penting bagi tubuh. 
b. Latihan Jasmani
Latihan jasmani merupakan salah satu pilar penatalaksanaan diabetes karena dapat menurunkan berat badan, meningkatkan kebugaran, meningkatkan fungsi jantung, paru dan otot. 
Latihan jasmani harus dilakukan secara teratur dan sesuai dengan umur, jenis kelamin, pekerjaan dan kondisi kesehatan. 
c. Obat-obatan Penurun Gula Darah
Jenis tablet atau obat-obatan yang merangsang pankreas untuk melepaskan persediaan insulin, menaikkan tingkat insulin sehingga gula darah tetap rendah antara lain :
- Chlorpropamide lamanya kerja panjang 
- Glibenclamide lamanya kerja sedang
- Gliclazide lamanya kerja sedang
- Gliquidone lamanya kerja sedang
- Tolazamide lamanya kerja sedang
- Tolbutamide lamanya kerja pendek
Obat jangka panjang tidak selalu cocok untuk orang tua dan orang yang gaya hidupnya sulit untuk makan secara teratur, karena adanya resiko hipoglikemia, selain perlu waspada terhadap resiko rendahnya gula darah, umumnya mereka yang minum tablet sulfonilurea sedikit mengalami efek samping yang serius. Keluhan yang mengganggu hanyalah wajah yang menjadi merah dan panas, yang jelas jika anda mulai minum tablet ini yang membuat tingkat gula darah turun (Bilous, R.W, 2002, hal : 30)
B. KONSEP DASAR KEPERAWATAN
1. Pengertian Keluarga 
a. Pengertian Masalah Kesehatan 
Masalah kesehatan adalah keadaan yang menghambat pemantapan kesehatan atau peningkatan kesehatan atau penyembuhan masalah kesehatan dapat menjadi masalah perawatan bila masalah tersebut dapat diperbaiki melalui tindakan perawatan. (Bailon dan Maglaya, hal: 45)
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Effendy Cit. Depkes RI, 1998: 32).
Keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yang tergabung karena hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan mereka hidup dalam suatu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain, dan di dalam perannya masing-masing menciptakan serta mempertahankan kebudayaan (Effendy Cit Bailon dan Maglaya, 1998: 32) 
Perawatan kesehatan keluarga adalah tingkat keperawatan kesehatan masyarakat yang ditujukan atau dipusatkan pada keluarga, sebagai unit kesatuan yang dirawat dengan sehat sebagai tujuan melalui perawatan sebagai sarana/penyalur. (Bailon dan Maglaya, 1989, hal : 38). 
a. Tugas Perkembangan Keluarga 
Menurut Friedman (1998: 13) tugas perkembangan keluarga meliputi:
1) Keluarga pemula
Membangun perkawinan yang saling memuaskan, menghubungkan jaringan persaudaraan secara harmonis, keluarga berencana (keputusan tentang kedudukan sebagai orang tua). 


2) Keluarga yang mengasuh anak
Membentuk keluarga pemula sebagai sebuah unit yang mantap, rekonsiliasi tugas perkembangan yang bertentangan dan kebutuhan anggota keluarga, mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan, memperluas persahabatan dengan keluarga besar dengan menambah peran orang tua dan kakek nenek.
3) Keluarga dengan anak pra sekolah 
Memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti rumah, ruang bermain, privasi, keamanan, mensosialisasikan anak, mengintegrasikan anak yang baru, sementara tetap memenuhi kebutuhan anak yang lain, mempertahankan hubungan yang sehat dalam keluarga dan di luar keluarga. 
4) Keluarga dengan anak usia sekolah
Mensosialisasikan anak, termasuk meningkatkan prestasi sekolah dan mengembangkan hubungan yang memuaskan, memenuhi kebutuhan kesehatan fisik anggota keluarga. 
5) Keluarga dengan anak remaja
Menyeimbangkan kebebasan dengan tanggung jawab ketika remaja menjadi dewasa dan semakin mandiri, memfokuskan kembali hubungan perkawinan, berkomunikasi secara terbuka antara orang tua dan anak-anak. 


6) Keluarga melepaskan anak dewasa muda 
Memperluas siklus keluarga dengan memasukkan anggota keluarga baru yang didapatkan melalui perkawinan anak, melanjutkan untuk memperbarui dan menguraikan lagi hubungan perkawinan, membantu orang tua lanjut usia dan sakit-sakitan dari suami maupun istri. 
7) Orang tua usia pertengahan 
Menyediakan lingkungan yang meningkatkan kesehatan, mempertahankan hubungan yang memuaskan dan penuh arti dengan para orang tua lanjut usia dan anak, memperkokoh hubungan perkawinan. 
8) Keluarga lanjut usia 
Mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan, menyesuaikan dengan pendapatan yang menurun, mempertahankan hubungan perkawinan, menyesuaikan diri terhadap kehilangan pasangan, mempertahankan ikatan keluarga antar generasi, meneruskan untuk memahami eksistensi mereka. 
b. Tugas Keluarga
Pada dasarnya menurut Friedman (1981) tugas-tugas keluarga dalam bidang kesehatan untuk dapat mencapai asuhan keperawatan keluarga dibagi menjadi 5 tugas meliputi: 
1) Mengenal gangguan perkembangan kesehatan setiap anggotanya. 
2) Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat.
3) Memberikan keperawatan kepada anggota keluarganya yang sakit, dan yang tidak dapat membantu dirinya sendiri karena cacat atau usianya yang terlalu muda atau terlalu tua. 
4) Mempertahankan suasana di rumah yang menguntungkan kesehatan dan perkembangan kepribadian anggota keluarga.
5) Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan lembaga-lembaga kesehatan, yang menunjukkan pemanfaatan dengan baik fasilitas-fasilitas kesehatan yang ada. 
2. Tahap Proses Keperawatan Keluarga 
a. Pengkajian 
Adalah sekumpulan tindakan yang digunakan oleh perawat untuk mengatur keadaan klien (keluarga) dengan mencapai norma kesehatan keluarga maupun sosial yang merupakan sistem terintegrasi dan kesanggupan keluarga untuk mengatasinya. 
Yang termasuk dalam tahap ini meliputi: 
1) Pengumpulan data
2) Analisis data
3) Perumusan masalah 
4) Diagnosa keperawatan 
5) Prioritas masalah 



ad. 1) Pengumpulan Data
Pengumpulan data dapat dilakukan melalui : 
a) Wawancara 
Adalah metode pengumpulan data melalui tanya jawab, meliputi aspek fisik, mental, sosial budaya, ekonomi, kebiasaan lingkungan. 
b) Observasi/pengamatan
Adalah metode pengumpulan data dimana diperoleh melalui pengamatan panca indra atau pengamatan secara visual. Data yang diperoleh melalui observasi diantaranya yang berkaitan dengan lingkungan fisik, meliputi: ventilasi, penerangan, kebersihan. 
c) Pemeriksaan fisik
Adalah metode pengumpulan data melalui teknik inspeksi, auskultasi dan perkusi pada anggota keluarga terutama anggota keluarga yang mempunyai masalah kesehatan, meliputi: kehamilan, kelainan organ tubuh dan tanda penyakit. 
d) Studi dokumentasi
Adalah mempelajari catatan dan tulisan yang berkaitan dengan klien diantaranya  Kartu Menuju Sehat (KMS), kartu keluarga dan catatan-catatan kesehatan lainnya. 

e) Studi literatur (studi pustaka)
Adalah metode pengumpulan data dengan mempelajari buku asuhan yang berkaitan dengan pasien/keluarga. 
Data yang perlu dikumpulkan dalam pengkajian pada asuhan keperawatan keluarga adalah sebagai berikut: 
(1) Identitas keluarga/biodata, terdiri dari: 
- Biodata kepala keluarga 
- Biodata klien 
- Susunan keluarga 
(2) Riwayat kesehatan klien 
- Riwayat kesehatan sekarang: Bagaimana keadaan klien pada saat pengkajian. 
- Riwayat kesehatan dahulu: Apakah klien pernah sakit seperti ini sebelumnya dan apakah keluarga ada yang sakit seperti ini. 
(3) Riwayat kesehatan keluarga 
Apakah di dalam keluarga ada yang menderita penyakit menular atau penyakit keturunan.
(4) Jarak antara lokasi dan fasilitas kesehatan 
Jarak antara lokasi dan fasilitas kesehatan yang meliputi: Jarak, cara atau alat transportasi yang digunakan, serta keadaan wilayah yang dapat mempengaruhi penggunaan fasilitas pelayanan kesehatan. 
(5) Keadaan fisik klien dan keluarga
Perlu dikaji untuk mengetahui keadaan kesehatan keluarga terutama keadaan kesehatan klien. 
(6) Keadaan keluarga 
- Psikologis
Data psikologis keluarga perlu dikaji untuk mengetahui keadaan emosi keluarga, cara pengambilan keputusan dan siapa yang paling berperan dalam pengambilan keputusan. 
- Sosial ekonomi
Untuk mengetahui jenis pekerjaan kepala keluarga berapa penghasilan rata-rata pertahun/bulan, penggunaan keuangan. Apakah keluarga bisa menabung untuk memenuhi kebutuhan mendadak. 
- Spiritual
Meliputi data tentang agama, kepercayaan, ketaatan beribadah, nilai-nilai moral keluarga. 
- Lingkungan 
Keadaan lingkungan yang perlu dikaji meliputi perumahan, luas tanah, tata ruang, ventilasi, pencahayaan, lantai dan lain-lain. Sumber air minum, tempat pembuangan sampah, serta pemanfaatan pekarangan. 
- Keadaan kesehatan keluarga 
(a) Imunisasi
Untuk mengetahui apakah anak-anak juga sudah diimunisasi atau belum serta untuk mengkaji seberapa jauh keluarga tentang pencegahan penyakit. 
(b) Keluarga Berencana (KB) 
Yang perlu dikaji antara lain:
Apakah ibu/pus sudah ber-KB atau belum, metode yang digunakan tempat kontrol KB, sudah berapa lama menggunakan alat kontrasepsi, keluhan-keluhan yang dirasakan selama menggunakan alat kontrasepsi. 
(c) Keadaan Gizi 
Meliputi pengkajian tentang makan keluarga, makanan pokok apakah ada makanan pantangan dalam keluarga serta perlu dikaji seberapa jauh pengetahuan keluarga tentang makanan yang mengandung gizi.
(d) Pemanfaatan fasilitas kesehatan
Meliputi kebiasaan-kebiasaan berobat bila ada anggota keluarga yang sakit, mencari pertolongan kesehatan, pertolongan persalinan dan sebagainya. 
ad. 2) Analisa Data
Dalam menganalisa data ada 3 norma yang perlu diperhatikan dalam perkembangan kesehatan keluarga yaitu:
a) Keadaan kesehatan yang normal dari setiap anggota keluarga yang meliputi: Keadaan fisik, mental, sosial dan pertumbuhan dan penghargaan gizi, kehamilan, status imunisasi, KB dan lain-lainnya. 
b) Keadaan rumah dan sanitasi lingkungan meliputi: Ventilasi, penerangan, kebersihan, konstruksi rumah, sumber air minum, jamban keluarga, tempat pembuangan air limbah serta pemanfaatan pekarangan yang ada. 
c) Karakteristik keluarga meliputi: Sifat-sifat keluarga, dinamika dalam keluarga, komunikasi dalam keluarga, kesanggupan keluarga dalam membawa anggota keluarga, kebiasaan nilai-nilai yang berlaku dalam keluarga. 
ad. 3) Perumusan Masalah 
Setelah data dianalisa maka selanjutnya dapat dirumuskan masalah kesehatan dan keperawatan keluarga. 
Dalam menyusun masalah kesehatan dan keperawatan keluarga selalu mengacu kepada tipologi masalah kesehatan dan keperawatan. 
Dalam tipologi masalah kesehatan keluarga ada 3 kelompok masalah besar, yaitu:
a) Ancaman kesehatan adalah keadaan yang dapat memungkinkan terjadinya penyakit, kecelakaan dan kegagalan mencapai potensi kesehatan. 
b) Kurang/tidak sehat adalah kegagalan dalam memantapkan kesehatan.
c) Situasi krisis adalah saat-saat banyak menuntut individu/ keluarga dalam menyesuaikan diri termasuk juga dalam hal sumber daya keluarga.
Selain mengacu pada tipologi masalah kesehatan, juga mengacu pada berbagai alasan dari ketidakmampuan dalam melaksanakan tugas-tugas keluarga dalam bidang kesehatan, diantaranya yaitu: 
a) Ketidakmampuan mengenal masalah kesehatan keluarga.
b) Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan dalam melakukan tindakan yang tepat.
c) Ketidakmampuan merawat anggota keluarga yang sakit.
d) Ketidakmampuan memelihara lingkungan rumah yang dapat mempengaruhi kesehatan dan perkembangan pribadi anggota keluarga. 
e) Ketidakmampuan menggunakan sumber di masyarakat guna memelihara kesehatan. 


ad. 4) Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah situasi atau keadaan yang mengalami peningkatan kesehatan dan penyembuhan yang dapat diperbaiki melalui tindakan keperawatan. 
Diagnosa keperawatan ditulis sesuai dengan tugas keluarga sebagai etiologi masalah dimana tugas keluarga tersebut mengalami gangguan, yaitu:
a) Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan anggota dan keluarga.
b) Ketidakmampuan keluarga menentukan tindakan yang tepat untuk mengatasi masalah kesehatan keluarga. 
c) Ketidakmampuan keluarga melakukan tindakan keperawatan kesehatan kepada anggota keluarga yang sakit, mempunyai gangguan fungsi tubuh dan atau yang membutuhkan bantuan asuhan keperawatan. 
d) Ketidakmampuan keluarga memelihara lingkungan (fisik, psikis dan sosial) sehingga dapat menunjang peningkatan kesehatan keluarga. 
e) Ketidakmampuan keluarga memanfaatkan dan mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dengan lembaga pelayanan kesehatan dan sumber daya yang ada di masyarakat. 

ad. 5) Prioritas Masalah 
Setelah merumuskan masalah, langkah selanjutnya adalah menentukan prioritas masalah kesehatan dan keperawatan. 
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam prioritas masalah adalah sebagai berikut:
a) Tidak mungkin masalah-masalah kesehatan dan keperawatan yang ditemukan dalam keluarga dapat diatasi sekaligus. 
b) Perlu mempertimbangkan masalah-masalah yang dapat mengancam kehidupan keluarga seperti masalah penyakit. 
c) Perlu mempertimbangkan respon dan perhatian keluarga terhadap asuhan keperawatan yang akan diberikan. 
d) Keterlibatan keluarga dalam memecahkan masalah yang mereka hadapi. 
e) Sumber daya keluarga yang dapat menunjang pemecahan masalah kesehatan/keperawatan keluarga.
f) Pengetahuan dan kebudayaan keluarga 
Skala prioritas dalam menyusun masalah kesehatan keluarga. 
Untuk dapat menentukan prioritas kesehatan dan keperawatan keluarga perlu disusun skala prioritas sebagai berikut: 



Kriteria Nilai Bobot
1. Sifat masalah 
Skala : - tidak/kurang sehat
- ancaman kesehatan 
- krisis 
2
3
1 1
2. Kemungkinan masalah dapat diubah 
Skala : - dengan mudah
- hanya sebagian  
- tidak dapat 
2
1
0 2
3. Potensi masalah untuk diubah 
Skala : - tinggi
- cukup
- rendah
3
2
1 1
4. Menonjolnya masalah 
Skala : - masalah berat harus ditangani
- masalah yang tidak perlu segera ditangani
- masalah tidak dirasakan
2
1

0 1



Skoring :
1. Tentukan skor untuk setiap kriteria.
2. Skor dibagi dengan angka tertinggi dikaitkan dengan bobot. 

3. Jumlah skor untuk semua kriteria.
4. Skor tertinggi adalah 5, dan sama untuk seluruh bobot. 
b. Perencanaan 
Perencanaan perawatan keluarga adalah sekumpulan tindakan yang ditentukan perawat untuk dilaksanakan dalam memecahkan masalah kesehatan dan keperawatan yang telah diidentifikasi (Nasrul Effendi, 1998, hal: 54)
1) Rencana tujuan keperawatan keluarga meliputi:
Tujuan merupakan pernyataan yang lebih rinci tentang hasil keperawatan. Tujuan keperawatan akan menentukan kriteria yang dipakai untuk menilai keberhasilan keperawatan. 
2) Tujuan jangka pendek, ditekankan pada keadaan yang mengancam kehidupan, misalnya sakit berat, penyakit menular dan sebagainya.
3) Tujuan jangka panjang, lebih menekankan pada perubahan perilaku, dari perilaku yang merugikan kesehatan menjadi perilaku yang menguntungkan kesehatan dan mengarah kepada kemampuan mandiri dalam memelihara kesehatan keluarga dan mengatasi masalahnya. Misalnya: cara merawat keluarga dengan penyakit kusta. 

4) Kriteria evaluasi
Kriteria evaluasi adalah gambaran faktor-faktor tidak tetap yang dapat memberikan petunjuk bahwa tujuan telah tercapai, misalnya keluarga bila batuk dan meludah tak di sembarang tempat. Kriteria evaluasi terdiri dari respon verbal, respon afektif dan respon psikomotorik (Effendi, N, 1998, hal: 60).
5) Standar evaluasi 
Standar evaluasi menunjukkan tingkat pelaksanaan yang diinginkan untuk membandingkan pelaksanaan yang sebenarnya. Standar akan memberitahukan apakah tingkat pelaksanaan yang dapat diterima atau keadaan yang bagaimana dapat mengatakan bahwa tindakan yang dilakukan berhasil atau tujuan tercapai. 
6) Rencana tindakan 
Dalam menyusun rencana tindakan ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan antara lain: 
a) Menyangkut peningkatan pengetahuan, ketrampilan, sikap dan perilaku anggota keluarga. 
b) Relevan dengan tujuan.
c) Relevan dengan masalah yang muncul.
d) Mungkin dilaksanakan dengan keluarga.
e) Sesuai dengan kondisi keluarga. 
f) Adanya peran aktif keluarga. 

c. Pelaksanaan/Implementasi
Pelaksanaan tindakan keperawatan terhadap keluarga, didasarkan pada rencana asuhan keperawatan yang telah disusun. 
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan tindakan terhadap keluarga antara lain: 
1) Sumber daya keluarga
2) Tingkat pendidikan rendah
3) Adat istiadat yang berlaku
4) Respon dan penerimaan keluarga, serta keterlibatan keluarga
5) Sarana dan prasarana yang ada pada keluarga 
d. Evaluasi
Penilaian adalah tahap yang menentukan apakah tujuan tercapai atau tidak setelah suatu tindakan.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan sebagai tolok ukur dalam evaluasi adalah:
1) Kriteria evaluasi
2) Standar evaluasi
3) Perubahan perilaku
Metode yang digunakan di dalam penilaian adalah:
1) Observasi langsung 
Adalah mengamati secara langsung perubahan yang terjadi dalam keluarga, misalnya: menutup mulut bila batuk, meludah tidak disembarang tempat. 
2) Wawancara 
Tanya jawab dengan keluarga berkaitan dengan perubahan sikap apakah telah menjalankan anjuran yang diberikan perawat. Misalnya: kebersihan diri maupun lingkungan. 
3) Memeriksa laporan
Dapat dilihat dari rencana asuhan keperawatan yang dibuat dan tindakan yang dilaksanakan sesuai dengan rencana. 
4) Latihan stimulasi 
Berguna dalam menentukan perkembangan kesanggupan melaksanakan asuhan keperawatan (Effendi, 1998, hal: 60)
3. Fokus Pengkajian 
Fokus pengkajian khusus pada penderita Diabetes Melitus antara lain: 
a. Riwayat Kesehatan 
Pada pengkajian riwayat kesehatan difokuskan pada: 
- Sudah berapa lama klien menderita DM.
- Adakah anggota keluarga klien yang menderita DM dan apabila ada siapa silsilah keluarga yang menderita Diabetes Melitus. 
- Apakah tanda dan gejala DM sering dialami klien.
- Apakah ada kenaikan yang berat tentang gula darah. 
b. Kebutuhan konsumsi makan dan kebutuhan sehari-hari 
Pada pengkajian kebutuhan konsumsi makan sehari-hari difokuskan pada:
- Kebiasaan pola makan sehari-hari. 
- Bagaimana diit Diabetes Melitus.
- Makanan apa yang boleh dikonsumsi dan tidak boleh dikonsumsi. 
- Bagaimana gaya hidup sebelum menderita Diabetes Melitus. 
- Bagaimana pola aktivitas tidur dalam sehari-hari. 
- Bagaimana pola eliminasi pasien.
- Bagaimana tingkat emosional klien. 
c. Karakteristik lingkungan 
Pada karakteristik lingkungan difokuskan pada:
- Bagaimana situasi penerangan dan kelembapan ruangan tempat tinggal klien.
- Bagaimana keadaan peralatan/perabotan dalam keluarga apakah membahayakan dan dapat mengakibatkan injuri. 
- Bagaimana kebersihan keseluruhan lingkungan rumah dan sekitarnya. 
d. Pemeriksaan fisik 
- Tekanan darah
- Kelembapan kulit
- Berat badan 

4. Kerangka Pikir















a. Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul
Berdasarkan tugas-tugas keluarga dalam bidang kesehatan, maka diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada asuhan keperawatan keluarga adalah: 
1) Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang menderita Diabetes Melitus berhubungan dengan kurangnya pengetahuan keluarga mengenai penyebab, pencegahan, perawatan sehari-hari, diit dan komplikasi Diabetes Melitus.
2) Ketidaksanggupan mengenal penyakit Diabetes Melitus berhubungan dengan kurangnya informasi mengenai luas dan sifat masalah Diabetes Melitus. 
3) Ketidaksanggupan keluarga tentang penyakit Diabetes Melitus dalam melakukan tindakan yang tepat berhubungan dengan kurangnya pengetahuan dan sumber daya keluarga. 
4) Ketidaktahuan keluarga memelihara lingkungan rumah yang dapat mempengaruhi kesehatan dan perkembangan pribadi anggota keluarga berhubungan dengan kurangnya informasi mengenai cara-cara modifikasi lingkungan rumah dan usaha-usaha pencegahan penyakit. 
b. Fokus Intervensi
1) Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang menderita Diabetes Melitus berhubungan dengan kurangnya pengetahuan


a) Tujuan: 
Setelah diberikan pendidikan kesehatan selama 1 x 30 menit, mengenai penyebab, pencegahan, perawatan sehari-sehari di rumah, diiat dan komplikasi Diabetes Melitus diharapkan keluarga mampu merawat anggota keluarga yang menderita Diabetes Melitus. 
b) Intervensi:
1) Jelaskan kepada keluarga mengenai penyebab, pencegahan, perawatan sehari-hari,  diiat dan komplikasi Diabetes Melitus. 
2) Demonstrasikan bersama keluarga mengenai cara memilih diit yang tepat untuk penderita Diabetes Melitus. 
3) Beri motivasi kepada keluarga untuk memeriksakan anggota keluarga yang menderita Diabetes Melitus secara rutin. 
4) Libatkan keluarga dalam perawatan anggota keluarga yang menderita Diabetes Melitus. 
2) Ketidaktahuan keluarga mengenal penyakit Diabetes Melitus berhubungan dengan kurangnya informasi mengenai luas dan sifat masalah Diabetes Melitus pengetahuan atau ketidaktahuan fakta. 
a) Tujuan:
Setelah diberikan pendidikan kesehatan selama 1 x 15 menit mengenai sifat dan luasnya masalah Diabetes Melitus. 


b) Intervensi:
1) Jelaskan kepada keluarga mengenai sifat, berat dan luasnya masalah Diabetes Melitus yang dihadapi keluarga. 
2) Jelaskan kepada keluarga beberapa tindakan yang dapat dilakukan keluarga sesuai dengan kemampuan keluarga. 
3) Motivasi keluarga untuk menyebutkan kembali mengenai sifat, berat dan luasnya masalah Diabetes Melitus yang dihadapi keluarga.
4) Berikan pujian atas usaha yang telah dilakukan keluarga. 
3) Ketidaksanggupan keluarga tentang penyakit Diabetes Melitus dalam melakukan tindakan yang tepat berhubungan dengan kurangnya pengetahuan dan sumber daya keluarga.
a. Tujuan
Setelah diberikan penyuluhan kesehatan selama 1 x 30 menit mengenai cara-cara perawatan, pencegahan, perawatan sehari-hari, diit dan komplikasi hipertensi, diharapkan keluarga mampu melakukan tindakan yang tepat pada anggota keluarga yang menderita Diabetes Melitus. 
b. Intervensi:
(1) Jelaskan kepada keluarga mengenai penyebab, cara-cara merawat, pencegahan, komplikasi anggota keluarga yang menderita Diabetes Melitus.
(2) Beritahu keluarga mengenai fasilitas-fasilitas kesehatan yang ada di lingkungan tempat tinggalnya. 
(3) Libatkan keluarga dalam usaha perawatan anggota keluarga yang menderita Diabetes Melitus. 
4) Ketidakmampuan keluarga memelihara lingkungan rumah yang dapat mempengaruhi kesehatan dan perkembangan pribadi anggota keluarga berhubungan dengan kurangnya pengetahuan keluarga mengenai cara-cara modifikasi lingkungan rumah dan pencegahan penyakit. 
a) Tujuan 
Setelah dilakukan penyuluhan selama 30 menit mengenai cara-cara memodifikasi lingkungan rumah dan usaha-usaha pencegahan penyakit diharapkan keluarga mampu memahami cara-cara memelihara lingkungan rumah yang dapat mempengaruhi kesehatan dan perkembangan pribadi angota keluarga. 
b) Intervensi
(1) Jelaskan pada keluarga tentang manfaat memelihara lingkungan rumah dalam usaha pencegahan penyakit.
(2) Jelaskan kepada anggota keluarga tentang cara-cara memodifikasi lingkungan rumah. 
(3) Libatkan keluarga dalam usaha menjaga dan memelihara lingkungan rumah. 

Photobucket