Minggu, 16 Januari 2011

Perilaku Kekerasan

PERILAKU KEKERASAN

I. Masalah Utama :
Perilaku Kekerasan
II. Proses terjadinya masalah
Pengertian
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun lingkungan. Hal tersebut dilakukan untuk mengungkapkan perasaan kesal/marah yang tidak konstruktif. ( Stuart dan Sundeen, 1995 ).
Perilaku kekerasan/amuk dapat disebabkan karena frustasi, takut, manipulasi atau intimidasi. Perilaku kekerasan merupakan hasil konflik emosional yang belum dapat diselesaikan. Perilaku kekerasan juga menggambarkan rasa tidak aman, kebutuhan akan perhatian dan ketergantungan pada orang lain
.
Gejala klinis
Gejala klinis yang ditemukan pada klien dengan perilaku kekerasan didapatkan melalui pengkajian meliputi :
Wawancara : diarahkan penyebab marah, perasaan marah, tanda-tanda. Marah yang diserasakan oleh klien.
Observasi ;muka merah, pandangan tajam, otot tegang, nada suara tinggi, berdebat dan sering pula tampak klien memaksa kehendak : merampas makanan, memukul jika tidak senang.
(Budiana Keliat, 2004)

Penyebab
Untuk menegaskan keterangan diatas, pada klien gangguan jiwa, perilaku kekerasan bias disebabkan adanya gangguan konsep diri :harga diri rendah. Harga diri adalah penilaian individu tentang pencapaian diri dengan menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri. Dimana gangguan harga diri dapat digambarkan sebagai perasaan negative terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri, merasa gagal mencapai keinginan.
Gejala klinis :
Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan tindakan terhadap penyakit (rambut botak karena terapi)
Rasa bersalah terhadap diri sendiri 9mengkritik/menyalahkan diri sendiri)
Gangguan hubungan social (menarik diri)
Percaya diri kurang 9sukar mengambil keputusan)
Menciderai diri (akibat dari harga diri yang rendah serta harapan yang suram, mungkin klien akan mengakhiri kehidupannya.
(Budiana Keliat, 1999)

Akibat
Menurut Townsend, M.C (1998) perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan suatu tindakan yang dapat membahayakan secara fisik pada diri sendiri ataupun orang lain. Klien dengan perilaku kekerasan dapat melakukan tindakan-tindakan berbahaya bagi dirinya, orang lain maupun lingkungan, seperti menyerang orang lain, memecahkan perabot, membakar rumah, dll.
Tanda dan gejala :
Mengatakan melihat atau mendengar suatu yang mengancam
Mengungkapkan perasaan takut dan khawatir
Wajah tegang dan merah
Mondar-mandir
Mata melotot
Rahang mengatup
Tangan mengepal
Keluar banyak keringat
Tatapan mata tajam
Muka merah

III. Pohon masalah
Resiko menciderai diri, orang lain dan lingkungan
Perilaku kekerasan
Gangguan konsep diri ;harga diri rendah
(Budiana keliat, 1999)

Masalah keperawatan dan data yang perlu dikaji
Masalah keperawatan :
Resiko menciderai diri, orang lain dan lingkungan
Perilaku kekerasan
Gangguan konsep diri ; harga diri rendah
Data yang perlu dikaji :
Resiko menciderai diri, orang lain dan lingkungan
Data subjektif :
Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang
Klien suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknya jika sedang kesal atau marah.
Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa lainnya.
Data objektif ;
Mata merah, wajah agak merah
Nada suara tinggi dan keras, bicara menguasai : berteriak dan menjerit, memukul diri sendiri/orang lain.
Ekspresi marah waktu membicarakan orang, pandangan tajam.
Merusak dan melempar barang-barang.
Perilaku kekerasan
Data subjektif ;
Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang.
Klien suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknya jika sedang kesal atau marah.
Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa lainnya.
Data objektif :
Mata merah, wajah agak merah.
Nada suara tinggi dank eras, bicara menguasai.
Ekspresi merah saat membicarakan orang, pandangan tajam.
Merusak dan melempar barang-barang.
Gangguan konsep diri : harga diri rendah
Data subjektif :
Klien mengatakan saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tau apa-apa, bodoh, mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu terhadap diri sendiri.
Data objektif :
Klien tampak lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih alternative tindakan, ingin menciderai diri/ ingin mengakhiri hidup.

IV. Diagnosa keperawatan
Resiko menciderai diri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan perilaku kekerasan
Perilaku kekerasan berhubungan dengan harga diri rendah.

V. Rencana tindakan
Diagnosa I
Tujuan umum : klien dapat melanjutkan peran sesuai dengan tanggung jawab.
Tujuan khusus
Klien dapat membina hubungan saling percaya
Kriteria evaluasi :
Klien mau membalas salam
Klien mau menyebutkan nama
Klien mau berjabat tangan
Klien mau tersenyum
Klien mau kontak mata
Klien mau mengetahui nama perawat
Rencana Tindakan :
Beri salam, panggil nama
Sebutkan nama perawat sambil jabat tangan
Jelaskan maksud interaksi
Jelaskan tentang kontrak yang akan dibahas
Beri rasa aman dan sikap empati

Klien dapat mengidentifikasi kemampuan penyebab kekerasan
Criteria evaluasi :
Klien mengungkapkan perasaanya
Klien dapat mengungkapkan penyebab perasaan jengkel/kesal (dari diri sendiri, orang lain/lingkungan)
Rencana Tindakan :
Beri kesempatan untuk mengungkapkan perasaanya
Bantu klien untuk mengungkapkan penyebab perasaan jengkel/kesal

Klien dapat mengidentifikasi tanda perilaku kekerasan
Criteria evaluasi ;
Klien dapat mengungkapkan perasaan saat marah/jengkel
Klien dapat menyimpulkan tanda-tanda jengkel/kesal yang dialami
Rencana Tindakan :
Anjurkan klien mengungkapkan yang dialami dan dirasakan saat jengkel/kesal
Observasi tanda perilaku kekerasan pada klien
Simpulkan bersama klien tanda-tanda jengkel/kesal yang dialami klien

Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan yang biasa dilakukan
Criteria evaluasi ;
Klien dapat mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan
Klien dapat bermain peran dengan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan
Klien dapat mengetahui cara yang biada dapat menyelesaikan masalah/tidak.
Rencana Tindakan :
Anjurkan klien untuk mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan klien
Bantu klien bermain peran sesuai dengan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan
Bicarakan dengan klien apakah dengan cara yang klien lakukan masalahnya selesai

Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan
Criteria evaluasi :
Klien dapat menjelaskan akibatdari cara yang digunakan klien
Rencana Tindakan :
Bicaraka akibat/kerugian dari cara yang dilakukan klien
Bersama klien menyimpulkan akibat cara yang digunakan klien
Tanyakan pada klien apakah ia ingin mempelajari cara baru yang sehat

Klien dapat engidentifikasi cra konstruktif dalam merespon terhadap kemarahan
Criteria evaluasi :
Klien dapat melakukan cara berespon terhadap kemarahan secara konsruktif
Rencana Tindakan :
Tanyakan pada klien apakah ia ingin mempelajari cara baru yang sehat
Berikan pujian jika klien mengetahui cara lain yang sehat
Diskusikan dengan klien cara lain yang sehat
Secara fisik : tarik nafas dalam jika sedang kesal/memukul bantal/kasur/olah raga/ pekerjaan yang memerlukan tenaga
Secara verbal : katakana bahwa anda sedang kesal/tersinggung/jengkel (saya kesal anda berkata seperti itu, saya marah karena mama tidak memenuhi keinginan saya)
Secara sosial : lakukan dalam kelompok cara-cara marah yang sehat, latihan sertif, latihan manajemen perilaku kekerasan
Secara spiritual : ajarkan klien sholat, berdo’a/ibadah lain : meminta Tuhan untuk diberi kesabaran, mengadu pada Tuhan kekerasan/kejengkelan.

Klien dapat mendemonstrasikan cara mengontrol perilaku kekerasan
Criteria evaliasi :
Klien dapat mendemonstrasikan cara mengontrol perilaku kekerasan
Fisik : tarik nafas dalam , olah raga, menyiram tanaman.
Verbal : mengatakan secara langsung dengan tidak menyakiti.
Rencana Tindakan :
Bantu klien memilih cara yang paling tepat untuk klien
Bantu klien mengidentifikasi manfaat cara yang telah dipilih
Bantu klien untuk menstimulasi cara tersebut (role play)
Beri reinforcement positif atas keberhasilan klien menstimulasi cara tersebut
Anjurkan klien untuk menggunakan cara yang telah dipelajari saat jengkel/marah

Klien dapat dukungan keluarga dalam mengontrol perilaku kekerasan
Criteria evaluasi :
Keluarga klien dapat :
Menyebutkan cara merawat klien yang berperilaku kekerasan
Mengungkapkan rasa puas dlam merawat klien
Rencana Tindakan :
Identifikasi kemampuan keluarga dalam merawat klien dari sikap apa yang telah dilakukan kelarga terhadap klien selama ini
Jelaskan peran serta keluarga dalam merawat klien
Jelaskan cara merawat klien :
Terkait dengan cara mengontrolperilaku marah secara konstruktif
Sikap tenang, bicara tenang dan tenang
Membantu klien mengenal penyebab marah
Bantu klien mendemonstrasikan cara merawat klien
Bantu keluarga mengungkapkan perasaanya setelah melakukan demonstrasi

Klien dapat menggunakan obat yang benar (sesuai program pengobatan)
Criteria evaluasi ;
Klien dapat menyebutkan obat-obat yang diminum dan kegunaannya (jenis, waktu, dosis dan efek)
Klien dapat minum obat sesuai program pengobatan
Rencana Tindakan ;
Jelaskan jenis-jenis obat yang diminum klien pada klien dan keluarga
Diskusikan manfaat minum obat dan kerugian berhebti minum obat tanpa seijin dokter
Jelaskan prinsip benar minum obat tepat waktu (baca nama yang tertera pada botol obat, dosis obat, waktu dan cara minum)
Anjurkan klien minta obat dan minum obat tepat waktu
Anjurjan klien melaporkan pada perawat, dokter jika merasakan efek yang tidak menyenangkan.
Beri pujian jika klien minum obat dengan benar

Diagnosa II
Tujuan umum : klien dapat berhubungan dengan orang lain secara optimal.
Tujuan khusus
Klien dapat membina hubungan saling percaya
Criteria evaluasi :
Ekspresi wajah bersahabat, menunjukan rasa senang, ada kontak mata, mau berjabat tangan, mau menyebutkan nama, mau menjawab salam, klien mau duduk berdampingan dengan perawat, mau mengutarakan masalah yang dihadapi.
Rencana Tindakan :
Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal
Perkenalkan diri dengan sopan
Tanyakan nama lengkap klien dan namapanggilan yang disukai klien
Jelaskan tujuan pertemuan
Jujur dan menepati janji
Tunjukan sikap empati dan menerima klien apa adanya
Beri perhatian kepada klien dan perhatikan kebutuhan dasar klien.

Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
Criteria evalusi :
Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki:
Kemampuan yang dimiliki
Aspek positif keluarga
Aspek positif lingkungan yang dimiliki klien
Rencana Tindakan :
Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien
Setiap bertemu klien hindarkan memberi penilaian negative
Utamakan memberi pujian yang realistic

Klien dapat menilai kemampuan yang digunakan
Criteria evaluasi ;
Klien menilai kemampuan yang dapat digunakan
Rencana Tindakan :
Diskusikan dengan klien kemampuan yang masih dapat digunakan selama sakit
Diskusikan kemampuan yang dapat dilanjutkan penggunaan

Klien dapat (menetapkan) merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki
Criteria evaluasi :
Klien membuat rencana kegiatan harian
Rencana Tindakan :
Rencana bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai kemampuan :
Kegiatan sendiri
Kegiatan dengan bantuan sebagian
Kegiatan yang membutuhkan bantuan total
Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien
Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh klien lakukan

Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi sakit dan kemampuannya
Criteria evaluasi :
Klien melakukan kegiatan sesuai kondisi sakit dan kemampuannya
Rencana tindakan ;
Beri kesempatan pada klien untuk mencoba kegiatan yang telah direncanakan
Beri pujian atas keberhasilan klien
Diskusikan kemungkinan pelaksanaan dirumah

Klien dapat memanfaatkan system pendukung yang ada
Criteria evaluasi ;
Klien memanfaatkan system pendukung yang ada dalam keluarga
Rencana tindakan :
Beri pendidian kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien dengan harga diri rendah
Bantu keluarga memberikan dukungan selama klien dirawat
Bantu keluarga menyiapkan lingkungan dirumah.

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, L.J.2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan edisi 8. Jakarta : EGC
Keliat, B.A.1998. Proses Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC
Rasmun.2001. Keperawatan Kesehatan Mental Psikiatri terintegrasi dengan Keluarga. Jakarta : Fajar Inter Pratama
Stuart dan Sundeen. 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa, Edisi 3 (diterjemahkan oleh Yuni A). Jakarta : EGC
Tim Pengembangan Model Praktek Keperawatan RS Jiwa Marzuki Mahdi, Bogor. 1997 SOP dengan II Masalah Keperawatan. Bogor ; tidak dipublikasikan
Townsend, MC. 1998. Buku saku diagnosa keperawatan psikiatri Edisi 3. Jakarta : EGC

Photobucket