Sabtu, 23 Juli 2011

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN BLADER NEOPLASMA

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN BLADER NEOPLASMA

Sebagian besar tumbuh dalam lumen kandung kemih.
Cancer tersering pada saluran kemih.
Jumlah 3 % dari semua kematian karena kanker
Sering pada usia 50 – 70 tahun
Laki-laki 2 – 3 kali dari wanita

FAKTOR RESIKO
Paparan dari sigaret rokok (mayor)
Radiasi pelvis, penggunaan siclophosphamide, Kronik sistitis, batu buli-buli


PENGKAJIAN
Tanyakan klien tentang perubahan dalam urinase, catat adanya perubahan warna, frekuensi dan jumlah urine
Hematuri disertai nyeri merupakan tanda pertama kanker blader, biasanya intermittent yang mana sering menyebabkan hambatan dalam mencari pelayanan diagnostik.
Akibat perkembangan penyakit klien mengalami iritable blader dengan disuria. Akhirnya gross hematuria, obstruksi atau vistula mendorong klien mencari pengobatan.

PENGKAJIAN DIAGNOSTIK
Urinalisis menunjukkan adanya darah dalam urine.
Sistoscopy dikerjakan untuk melihat tumor secara langsung dan untuk biopsi.
Sitologi.
IVP mengevaluasi kandung kemih, uriter dan ginjal.
NURSING INTERVENSI
1. Resiko tinggi injury berhubungan dengan radiasi terapi dan kemoterapi .
Kriteria:
Klien tidak berkembang dengan masalah yang berhubungan dengan terapi radiasi dan kemoterapi yang ditandai dengan tidakadanya sistitis hemoragik
Intervensi  :
Pemberian anti spasmodik
Peningkatan asupan cairan klien
Pemberian antiseptik traktus urinarius untuk sistitis.
Klien dengan proctitis memerlukan diet rendah serat dan agen untuk menurunkan motilitas usus

2. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan pemeriksaan diagnostik, pembedahan dan diversi urine
Kriteria:
Klien mengerti tentang pemeriksaan diagnostik, pembedahan dan perawatan diversi urine ditandai dengan pernyataan klien dan kemampuan demonstrasi terhadap perawatannya.
Intervensi  :
Persiapan preop klien yang mengalami diversi urine.
Pendidikan mengenai diversi urine.
Mendorong penerimaan terhadap fakta dan hasil eliminasi urine melalui kulit rektum atau stoma khusus.
Persiapan fisik dan emosi secara umum.
Perlu perhatikan saluran cerna : non residu diet untuk beberapa hari, sterilisasi usus, enema atau katartic.
Seleksi klien sebelum pemasangan stoma
Sarankan klien untuk mencegah kontak urine dengan kulit, untuk mencegah iritasi kulit akibat diversi urine.
Bersihkan stoma dengan sabun, air lalu dikeringkan pada setiap penggantian kantong urine.

3. Gangguan eliminasi urine (disuria ) berhubungan dengan adanya tumor.
Kriteria:
Klien akan terdiagnosis dini untuk mengeliminasi dysuria.
Intervensi  :
pemasangan indwelling kateter.
CBI untuk mencegah blood clot
Intervensi pada TUR – P (intek cairan, analgesik dan antispasmodik seperlunya)

4. Gangguan harga diri dan body image
Perubahan route aliran dan miksi akan merubah self image meliputi perubahan emosi, Psikososial dan reaksi persepsi
Kreteria :
Klien akan mempunyai konsep diri, body image dan self esteem yang normal setelah Diversi urine.
Intervensi   :  
Konseling preoperasi : perubahan anatomi fisiologi dan kemungkinan afeknya Pada klien
Konseling cara mempertahankan gaya hidup
Bantu klien mencari stoma dan menerimanya sebagai bagian hidupnya.

5. INJURI, HIGH RISK bd. Komplikasi post op (perdarahan, paralitik illeus, iskemic stoma, bloking kateter urethral
Kriteria  :
Klien tak akan mengalami komplikasi post op ditandai tanda vital normal, suara bising usus aktif dalam 3  –  4 jam post operasi, stoma merah muda, produksi urine  30  -  60  ml  /  jam.
Intervensi  :
Monetor rurin tanda vital
Inspeksi insisi
Hubungan nefrostomi tube pada bed side drainage
Jaga sistem drainage tertutup
Jaga patensi tube drainage untuk mencegah obstruksi
Intervensi postop diversi secara umum
Ukur output urine setiap jam  / 24 jam pertama, selanjutnya setiap 8 jam
Check kebocoran ostomy back dan kulit terhadap iritasi tiap 4 jam, kemudian 8 jam
Inspeksi stoma tiap jam / 24 jam post op
Catat ukuran stoma, bentuk dan warna. Warna sianotic stoma, insufisiensi supply darah
Penyebab insufisiensi : tehnik pembedahan, pemasangan plate yang terlalu kecil
Periksa tanda peritonitis akibat kebocoran anastomis
Observasi perdarahan  

6. Skin integrity, High Risk impaired b.d iritasi periostomal.
Kriteria  :
Klien tidak akan berkembang pada gangguan integritas kulit, atau iritasi periotomal yang ditandai kulit intact dan bersih
Intervensi  :
Check pH urin
Check kantong urine terhadap kebocoran dan apakan kulit sensitif terhadap bahan tersebut
Ganti kantong selama tidak bocor (terlalu sering diganti menyebabkan iritasi)
Selama kantong diganti biarkan kontak dengan udara sebanyak mungkit
Berikan nystatin pada sekitar stoma.

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall. (1999). Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan. Edisi 2. (terjemahan). Penerbit buku Kedokteran EGC. Jakarata.

Carpenito, Lynda Juall. (2000.). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. (terjemahan). Penerbit buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Doenges, Marilynn E. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. (terjemahan). Penerbit buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Engram, Barbara. (1998). Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Volume 2, (terjemahan). Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Junadi, Purnawan. (1982). Kapita Selekta Kedokteran, Jakarta: Media Aesculapius Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Long, Barbara C. (1996). Perawatan Medikal Bedah. Volume I. (terjemahan). Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Pajajaran. Bandung.

Mansjoer, Arif., et all. (1999). Kapita Selekta Kedokteran. Fakultas Kedokteran UI : Media Aescullapius.

                    (1994). Pedoman Diagnosis Dan Terapi Ilmu Bedah. Fakultas Kedokteran Unair & RSUD dr Soetomo Surabaya 

Photobucket