Rabu, 22 Desember 2010

Asuhan Keperawatan Perilaku Kekerasan

ASUHAN KEPERAWATAN PERILAKU KEKERASAN


A. Konsep Perilaku Kekerasan
1. Pengertian Perilaku Kekerasan
Ada beberapa pengertian tentang perilaku kekerasan. Menurut Kaplan dan Saddock (1998), tindakan kekerasan merupakan agresi fisik dari seseorang terhadap lainnya. Sedangkan menurut Rsmun (2001), perilaku kekerasan/perilaku menyerang (fight) adalah reaksi yang ditampilkan individu dalam menghadapi masalah dapat konstruktif atau destruktif.
Menurut Townsend (1948) Risiko tinggi terhadap kekerasan diarahkan pada diri sendiri atau orang lain merupakan suatu seseorang individu mengalami perilaku yang dapat melukai secara fisik baik terhadap diri sendiri atau orang lain. Dari beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa, perilaku kekerasan merupakan suatu reaksi terhadap rangsang yang tidak menyenangkan atau mengancam sehingga dapat melukai secara fisik baik terhadap diri sendiri atau orang lain.
2. Rentang Respon Marah
Menurut Keliat (1998) Respon kemarahan dapat berfluktuasi dalam rentang adaptif dan maladaptif.


Menurut Keliat (1998) rentang respon marah dapat berbentuk adaptif dan maladaptif yang meliputi :
a. Respon Adaptif, meliputi :
Asertif
Kemarahan yang diungkapkan pada orang lain dengan kata-kata yang tidak menyinggung lawan bicara dengan menyampaikan alasan yang rasional.
b. Respon Maladaptif, meliputi :
Frustasi
Suatu proses terhambatnya pencapaian tujuan karena banyaknya pertimbangan, sehingga perasaan marah tidak dapat diungkapkan.
Pasif
Perilaku merasa tidak mampu untuk mengungkapkan perasaannya.
Agresif
Umumnya klien masih dapat mengontrol perilaku untuk tidak melukai orang lain.
Kekerasan
Umumnya klien tidak mampu mengontrol perilaku dan mengendalikan diri, (gaduh atau amuk).
B. Pengkajian
1. Faktor Predisposisi dan Faktor Presipitasi
Faktor Predisposisi dan Faktor Presipitasi Perilaku Kekerasan menurut Keliat (1998).
a. Faktor Predisposisi
1). Psikologis
Kegagalan yang dialami dapat menimbulkan frustasi yang kemudian dapat timbul agresif atau amuk. Masa kanak-kanak yang tidak menyenangkan yaitu perasaan ditolak, dihina, dianiaya atau saksi penganiayaan.
2). Perilaku
Reinforcement yang diterima oleh individu dalam/pada saat melakukan kekerasan, sering mengobservasi kekerasan di rumah atau di luar rumah, semua aspek ini menstimulasi individu mengadopsi perilaku kekerasan.
3). Sosial Budaya
Budaya tertutup dan membalas secara diam (pasif agresif) dan kontrol budaya yang tidak pasif terhadap perilaku kekerasan akan menciptakan seolah-olah perilaku kekerasan diterima.
4). Bioneurologis
Banyak pendapat bahwa kerusakan sistem limbik, lobus frontal, lobus temporal dan ketidakseimbangan neurotransmitter turut berperan dalam terjadinya perilaku kekerasan.
b. Faktor Presipitasi
1). Kondisi klien
Kondisi klien seperti kelemahan fisik (penyakit fisik), keputusasaan, ketidakberdayaan, percaya diri yang kurang dapat menjadi penyebab kekerasan.
2). Situasi lingkungan
Situasi lingkungan yang ribut, padat, kritikan yang mengarah pada penghinaan, kehilangan orang yang dicintai/ pekerjaan dan kekerasan merupakan faktor penyebab yang lain.
3). Interaksi sosial
Interaksi sosial yang provokatif dan konflik dapat pula memicu perilaku kekerasan.
2. Manifestasi Klinik
Manifestasi klinik pada klien dengan perilaku kekerasan menurut Saseno (2002) adalah :
a. Tanda-tanda yang menyertai emosi yaitu : tidak adekuat, tidak aman, rasa terganggu, marah (dendam), jengkel.
b. Tanda-tanda yang menyertai fisik yaitu : muka merah, pandangan tajam, nafas pendek, keringat, sakit fisik, penyalahgunaan obat, tekanan darah.
c. Tanda-tanda yang menyertai spiritual yaitu : kemahakekuasaan, kebajikan atau kebenaran diri, keraguan, tidak bermoral, kebejatan, kreatifitas terhambat.
d. Tanda-tanda yang menyertai intelektual yaitu : mendominasi, bawel, berdebat, meremahkan.
e. Tanda-tanda yang menyertai sosial yaitu : menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan, humor.
3. Masalah Keperawatan
Masalah keperawatan pada perilaki kekerasan menurut Keliat (1998) yaitu :
a. Resiko menciderai diri, orang lain/lingkungan
b. Perilaku kekerasan
c. Gangguan harga diri : harga diri rendah
4. Pohon Masalah
Resiko menciderai diri, orang lain/lingkungan


Gangguan harga diri, harga diri rendah

5. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa Keperawatan dengan masalah utama perilaku kekerasan menurut Keliat (1998) adalah :
a. Resiko menciderai diri, orang lain/lingkungan berhubungan dengan perilaku kekerasan.
b. Perilaku kekerasan berhubungan dengan harga diri rendah
C. Fokus Intervensi
Menurut Standar Operasional Pelaksanaan (SOP) yang disusun oleh Tim Pengembang Model Praktek Keperawatan RSJ Marzuki Mahdi, Bogor menyebutkan bahwa Diagnosa Keperawatan pertama, Risiko menciderai diri dan orang lain berhubungan dengan perilaku kekerasan. Tujuan Umum, klien tidak menciderai orang lain. Tujuan Khusus Pertama, klien dapat membina hubungan saling percaya. Kriteria Evaluasi : klien mau membalas salam, jabat tangan, menyebut nama, tersenyum, kontak mata dan mengetahui nama perawat. Intervensi : Beri salam panggil nama, sebut nama perawat sambil jabat tangan, jelaskan maksud tujuan interaksi, jelaskan kontak waktu yang akan dibuat, beri rasa aman dan sikap empati, beri perhatian pada klien dan perhatikan kebutuhan dasar klien.
Tujuan Khusus kedua, Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan. Kriteria Evaluasi : klien dapat mengungkapkan perasaannya, klien dapat mengungkapkan penyebab marah/kesal (dari diri sendiri, lingkungan/ orang lain). Intervensi : beri kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaannya, bantu klien untuk mengungkapkan penyebab perasaan marah/kesal.
Tujuan Khusus ketiga, klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan. Kriteria Evaluasi : klien dapat mengungkapkan perasaan saat marah atau kesal, klien dapat menyimpulkan tanda-tanda marah yang diketahui. Intervensi : anjurkan klien mengungkapkan perasaan yang dialami saat marah, observasi tanda perilaku kekerasan pada klien. Simpulkan bersama klien tanda-tanda marah yang dialami klien.
Tujuan Khusus keempat : klien dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan yang biasa dilakukan. Kriteria Evaluasi : klien dapat mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan, klien dapat bermain peran dengan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan. Klien dapat mengetahui cara yang biasa digunakan yang dapat menyelesaikan masalah atau tidak. Intervensi : anjurkan klien mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan, bantu klien bermain peran sesuai dengan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan. Bicarakan dengan klien apakah dengan cara yang klien lakukan masalah selesai.
Photobucket